SEJARAH PUBLIK SPEAKING
A. Berawal dari Retorika
Public speaking sebagai retorika ini sudah ada sejak awal peradaban manusia hal ini di buktikan dengan beberapa temuan pada masa peradaban kuno yang memperlihatkan adanya publik speaking dalam masyarakat. Sekitar pada tahun 2285 tahun sebelum masehi William Hallo menelusuri bahwa retrotika telah tercatat di mesopotamia kuno yang sekarang menjadi lokasi negara irak hal ini di buktikan dengan dokumentasi cerita tentang para raja dan pendeta yang di ukir diatas batu (Binkley & Lispon, 2004 :3). Namun dokumentasi yang terlengkap yaitu pada masa yunani kuno dan pada masa inilah yunani kuno menga
Menurut Sunarjo retrotika memilki fungsi yaitu untuk mencapai kebenaran/ kemenangan bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat untuk meraih kekuasaan, yakni mencapai kemenangan seseorang atau kelompok dengan pemeo ‘siapa yang menang dialah yang berkuasa’: sebagai alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi manusia lain.
Sejarah retorika yang paling terkenal public speaking dalam bentuk retrotika telah banyak di terapkan dalam masyarakat yunani kuno. Pada masa itu keputusan yang menyangkut masyrakat diambil dalam sebuah rapat besar yang dihadiri para warga poilis, kota-kota di yunani yang biasanya di kelilingi oleh tembok benteng dan yang berhak hadir adalah warga polis atau yang tercatat secara hokum sebagai warga bebas, bukan budak maupun tahanan. Selain itu praktik retorika terlihat pada pengadilan yunani kuno dimana kedua belah pihak saling beragumen untuk mempengaruhi keputusan hakim dan juri.
1. Tokoh-tokoh retorika yunani
a. Georgias (dari kaum sofisme) 485 SM-376 SM
Georgias adalah guru retorika yang pertama dan juga membuka sekolah retorika dia mengajarkan dimensi Bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu(berbicara tanpa persiapan). Sekolah tersebut di buka dalam rangka memenuhi ‘pasar’akan kemampuan berfikir yang jernih dan persuasive. Menurut georgias seorang ahli retorika yang baik dapat berbicara dengan cara meyakinkan dalam topik apapun, sekalipun ia tidak berpengalaman di bidang tersebut. Pendapatnya ini menunjukan bahwa retorika sebagai seni dan teknik berkomunikasi, dapat di manfaatkan ntuk mengkomunikasikan apapun, tidak hanya pidato publik.
b. Protagoras (481 SM-420 SM)
Protagoras adalah orang pertama yang memungut bayaran untuk mengajar retorika. Protagoras mengajaran bahwa argument dalam retorika harus disusun secara sistemati, terlepas dari kebenaran di dalamanya, demi mencapai kemenangan retorika. Bagi Protagoras seorang yang menguasai retorika adalah orang yang mampu menyusun argumen dengan mengantisipasi kontra argument yang mungkin di lotarkan oleh lawannya. Protagoras menyatakan bahwa kemahiran berbicara bukan untuk kemenangan melainkan demi keindahan Bahasa.
c. Isocartes (446 SM-338 SM)
Isocartes memulai karirnya sebagai penulis pidato, sebelum menjadi pengajar retorika, beliau juga mendirikan sekolah retorika pada tahun 391 SM dengan menitikberatkan pendidikannya pada pidato politi dan juga penekanan penggunaan kata-kata dalam susunan yang jernih tapi tidak berlebih-lebihan. Isocartes juga dikenal sebagai ‘political essayist’yang pertama.
d. Plato
Menurut plato retorika ialah rayuan kosong yang menipu publik, plato mengkritik retorika sofistik seperti yang diajarkan Gorgias karena menurutnya kaum sofis menggunakan retorika hanya untuk menampilkan pidato persuasive yang memetingkan kepentingan pribadi, bukan di dasarkan pada keadilan. Retorika seperti ini berbahayabila terus di pratekan, apalagi diajarkan pada generasi muda, karena dapat membentuk masyarakat yang tidak adil. Menurut plati retorika memiliki peranan penting bagi persiapan untuk menjadi pemimpin, retorika penting sebagai model pendidikan, sarana mencapai kedudukan dalam pemerintahan dan mempengaruhi rakyat. Ia pun mendirikan sekolah filsafat yang bernama ‘akademia’beberapa karangan yang terkenal adalah Nomoi yaitu tulisan yang berupa dialog jawaban bukunya’politikos’ yang mengupas tentang perundang-undagan, Dialoguesyaitu berbicara tentang pembutan kerangka retorika yang dianngap benar yaitu retorika yang ada hubunganya dengan kebenaran moral.
e. Aristoteles
Ia memandang retorika sebagai sebuah media komunikasi yang netral yang dapat di manfaatkan oleh si pembicara untuk maksud mulia atau jahat. Bagi Aristoteles pembicara harus memiliki etika dan berusaha menampilkan kebenaran dalam isi retorikanya. Agar public dapat menerima kebenaran yang di tampilkan, si pembaca harus menggunakan segala teknik retorika yang meyakinkan.
Aristoteles juga memiliki buku yaitu Rethoricakaryanya di tulis dengan sistematis mendasarkan pada logika formal yaitu dasar yang tepat agi pidato yang jujur dan efektif dalam dewan legislative maupun di pengadilan.
Dasar-dasar Retorika menurut Aristoteles adalah
1. Retorika erat hubungannya dengan moral karena harus mengemukakan sesuatu yang benar. Kebenaran menjadi landasan retorika yang sejati. Moral dalam per- kembangannya mempelajari psikologi.
2. Metode retorikanya mendasarkan diri pada analitika yakni meneliti berbagai argumentasi dari proposisi yang benar dan dialektika yaitu meneliti argumentasi dari proposisi yang diragukan kebenaran- nya. Analitika dan dialektika ini pada perkembangannya disebut dengan logika. Inti dari logika adalah silogisme yaitu cara memperoleh kesimpulan dari proposisi untuk meraih kebenaran. Metode ini juga dipakai bagi pengembangan semua ilmu pengetahuan.
3. Retorika sebagai sesuatu yang inheren yang diresapi semua orang. Dalam upaya mencari kebenaran dialog menjadi tekhniknya.
4. Totalitas suatu pidato mencakup factor ethos yaitu sumber kredibilitas komunikator atau kesadaran orator yang tampil yang di percaya oleh pendengar, factor pathos ini adalah factor dari segi emosional pembicara yang mendasar dan secara implisit terkandung di dalam isi pidato. Factor logos yaitu mencakup himbauan berdasarkan argument yang logis.
Aristoteles mengatakan bahwa tujuan dari retorika adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktiaan, Aristoteles adalah murid yang paling cerdas, ia menulis buku dengan judul De Arte Rethorica yang berisi lima tahapan penyusunan suatu pidato atau yang lebih di kenal dengan The five canons of rhetoricyang meliputi sebagai berikut
1. Inventio (penemuan)
Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Pembicara juga merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan ke- butuhan khalayak.
2. Dispositio (penyusunan)
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan dibagi ke dalam beberapa bagian yang ber- kaitan secara logis. Susunan tersebut meng- ikuti kebiasaan berpikir manusia yang terdiri dari: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. Bagi Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas, dan menjelaskan tujuan.
3. Elocutio (Gaya)
Tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan, memakai kalimat yang jelas.
4. Memoria (memori)
Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
5. Pronuntiatio (penyampaian)
Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan.
B. Publik Speaking setelah era yunani kuno
Pada abad pertengahan (abad ke-5 sampai abad 15 di eropa), retorika mulai di ajarkan di universitas di eropa sebagai pelajaran pokok, bersama dengan logika dan struktur Bahasa. Selain itu adanya retorika juga di manfaatkan dan di pelajari oleh lembaga-lembaga agama karena digunakan untuk menyebarluaskan ajaran agama ke berbagai wilayah di eropa.
Perkembangan ilmu pengetahuan juga mendorong penggunaan retorika untuk menyebarkan ilmu, dalam pengetahuan ini retorika menggunakan Bahasa yang lugas, menekankan pada fakta, serta tidak banyak memakai metafora. Keindahan retorika tidaklah penting yang penting adalah isi ilmunya
Pada abad ke 18 dan 19 di eropa dan di amerika bermunculan beragam klub dan diskusi sehingga kemampuan berbicara di depan public kembali berkembang di kalangan masyrakat awam, Revolusi Kemerdekaan di Amerika Utara (berlangsung dari 1775 sampai 1777 yang menghasilkan negara Amerika Serikat) dan Revolusi Prancis di Eropa (berlangsung pada 1789-1799 mendorong berakhirnya bentuk kerajaan di Prancis) menginspirasi perubahan sistem politik di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Pertumbuhan sistem politik demokrasi kembali mendorong berkembangnya praktik public speaking, seperti yang terjadi pada masa Yunani Kuno. Studi public speaking mulai di lakukan di beberapa universitas terkenal seperti universitas Harvard.
Pada abad ke 20 dan 21publik speaking muali berkembang menjadi mata kuliah atau mata pelajaran yang di berikan di sekolah menengah atau di univeristas, public speaking reputasinya semakin naik setelah munculnya ilmu komunikasi yang diajarkan di berbagai universitas selain itu public speaking semakin berkembang dalam bidang pemasaran, periklanan, politik dan literature.
Pada abad ini juga memunculkan beberapa tokoh public speaking yaitu:
1. Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris pada masa Perang Dunia II saat menyemangati rakyat Inggris
2. John F. Kennedy, Presiden ke-35 Amerika Serikat
3. Charles de Gaulle, Ketua Pemerintahan Sementara Prancis pada masa Perang Dunia II & Presiden Prancis ke-18.
4. Martin Luther King, Jr. Pemimpin kelompok kulit hitam Amerika Serikat yang memperjuangkan kesetaraan antara kelompok kulit hitam dan kulit putih di Amerika
5. Mahatma Gandhi, Pemimpin kemerdekaan India
6. Sukarno, Presiden 1 Indonesia
Pada masa sekarang perkembangan media komunikasi dan juga teknologi menuntut public speaking untuk menyesuaikan , istilah public dalam public speaking juga berkembang tidak hanya mengacu pada orang-orang yang di temui secara hal langsung seperti praktik public speaking konvensioanal. Untuk jaman yang modern seperti sekarang ini dapat mendengarkan pesan melalui media seperti radio, televisi dan media online. Meskipun dalam radio hanya suara yang ditimbulkan namun pilihan kata, intonasi, cepat-lambatnya pengucapan harus jelas, jika di televise pun kita harus professional, pandangan mata sangat lah penting dianjurkan untuk melihat kearah kamera seakan pebicara sedang tatap muka langsung dengan penonton. Dalam media online pun harus tetap menampilkan yang terbaik karena media online dapat diakses oleh siapapun. Publik speaking tidak hanya mengandalkan suara, dapat juga memanfaatkan foto, tulisan, symbol, film, lukisan atau media lainnya. Retorika atau public speaking pada masa sekarang bukan hanya seni berbicara namun ada pengetahuan yang harus di pelajari untuk mencapai efektivitas pesan yang maksimal.
Sumber https://repository.unikom.ac.id/52922/1/PERTEMUAN%202.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/11825-ID-sejarah-dan-perkembangan-retorika.pdf
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/SKOM4312-M1.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar